MEMBINGKAI PENDIDIKAN DAN PRAKTIK KEDOKTERAN PEDESAAN
Praktisi pedesaan di seluruh dunia berbagi berbagai pengalaman, sistem dan praktik dalam berbagai keadaan yang ditentukan oleh lingkungan pedesaan. Hal ini mengarah pada serangkaian prinsip dan nilai yang juga dimiliki bersama, namun bersifat implisit dan tidak sering dibuat secara eksplisit.
Syarhan-Rural Wonca Council
7/22/20242 min baca
APA YANG MEMPERSAMAKAN KITA : NILAI DAN PRINSIP PENDIDIKAN KEDOKTERAN PERDESAAN
Apa yang menyatukan kita sebagai praktisi kesehatan pedesaan dan pendidik medis? Apakah ini lebih dari lingkungan pedesaan? Apakah tantangan yang kita hadapi serupa? Apakah sistem kesehatan tempat kita bekerja? Atau apakah itu jenis pekerjaan yang kita lakukan, atau pendidikan yang kita terima? Mungkin kita adalah orang-orang yang seperti praktisi pedesaan. Bisa jadi nilai-nilai yang kita anut adalah gagasan-gagasan cemerlang yang jarang diungkapkan dengan jelas, namun tetap sangat signifikan.
KONTEKS PEDESAAN
Konteks pedesaan dibentuk oleh berbagai kekuatan yang bersama-sama menciptakan latar belakang kompleks terhadap pekerjaan yang kita lakukan. Tidak hanya faktor geografis seperti jarak dan topografi yang merupakan ciri nyata dari konteks pedesaan, namun ada juga elemen lingkungan, politik, ekonomi, sejarah, budaya dan sosial tertentu yang memainkan peran yang kurang lebih signifikan di berbagai negara dan situasi.
Elemen geografis adalah komponen konteks yang paling terlihat: ruang terbuka lebar, jarak antar pemukiman yang jauh, dan lanskap pertanian atau alam memberikan gambaran mental tentang wilayah pedesaan. Topografi – bentuk dan fitur daerah pedesaan tertentu seperti pegunungan, sungai, dan garis pantai – juga penting dalam mempertimbangkan akses terhadap layanan kesehatan. Jalan, sungai dan sarana transportasi serta kondisi lainnya berperan besar dalam membatasi atau memberikan akses bagi masyarakat pedesaan terhadap segala bentuk kegiatan, tidak hanya layanan kesehatan.
Elemen lingkungan dalam konteks pedesaan mencakup pertanian, pertambangan, kehutanan, perikanan, hutan belantara, dan kawasan rekreasi, selain pola pemukiman yang lebih tersebar. Di negara-negara berkembang, wilayah pertanian sering kali terbagi antara pertanian komersial sebagai bisnis swasta, dan pertanian yang melalui kepemilikan komunal atau suku oleh masyarakat adat. Di negara-negara maju juga terdapat perbedaan antara peternakan milik keluarga dan peternakan perusahaan yang dioperasikan oleh karyawan untuk kepentingan pemegang saham. Berbagai bentuk pemanfaatan lingkungan ini secara langsung mempengaruhi pola kemakmuran atau kemiskinan, dan juga kesehatan dan penyakit. Selain itu, kawasan hutan belantara menimbulkan pola kesehatan yang buruk melalui bencana alam dan cedera; misalnya banyak rumah sakit di pedesaan harus menangani sejumlah besar kecelakaan lalu lintas yang parah di mana jalan lintas ataupun toll melewati daerah pedesaan.
Kekuatan politik dan ekonomi yang beroperasi di suatu negara mempunyai dampak tertentu di daerah pedesaan. Kebijakan-kebijakan tertentu yang berdampak pada masyarakat pedesaan – misalnya dalam hal alokasi tanah kepada satu kelompok atau kelompok lain dalam suatu masyarakat – dapat menimbulkan ketegangan yang dapat menyebabkan kerusuhan dan bahkan perang saudara di daerah pedesaan. Seringkali daerah pedesaan dengan populasi yang tersebar luas terpinggirkan dalam proses politik, karena ‘tidak terlihat dan tidak diingat’ oleh para politisi yang cenderung fokus pada pertemuan besar orang-orang di kota. Pemimpin tradisional memainkan peran yang lebih penting dalam proses politik di pedesaan. Terdapat juga saling ketergantungan antara penduduk perkotaan dan pedesaan, terutama di negara-negara berkembang, dimana keluarga-keluarga terpecah belah karena tekanan pekerja migran. Para ‘penggerak dan pelopor’ dalam suatu komunitas cenderung bermigrasi ke daerah perkotaan, yang pada dasarnya merupakan tempat berjejaring dan berdagang, dan akan selalu demikian. Dalam banyak konteks, orang-orang yang pindah ke kota tetap memiliki hubungan dengan kampung halaman leluhur mereka, dimana mereka sering kembali ketika mereka sakit, terutama ketika mereka sudah tua atau sekarat.

